LEARNING JOURNAL Nilai Nilai Dasar ASN (Nasionalisme)

 

LEARNING JOURNAL

 

Program Pelatihan                              : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan/ Kelas                                  : XXXVII / Kelompok IV

Nama Agenda                                      : Nilai Nilai Dasar ASN (Nasionalisme)

Nama Peserta                                      : Atika Nurul Fathiyah, S.Pd

No. Daftar Hadir                                   : 34

Lembaga Penyelenggara Pelatihan : PPSDM Kemendagri Regional Bandung

 

A.        Pokok Pikiran

Nasionalisme  adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai : Cinta tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama; Suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan, dan prestise bangsa; Suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur kadang-kadang adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau volk yang kesatuannya lebih unggul dari pada bagian-bagiannya: Dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa demi bangsa itu sendiri; Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras.

Prinsip-prinsip nasionalisme antara lain

·      Hasrat untuk mencapai kesatuan

·      Hasrat untuk mencapai kemerdekaan

·      Hasrat untuk mencapai keaslian

·      Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa

 

ASN yang memiliki Nasionalisme kuat akan memahami dan memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Sebagai ASN, nasionalisme diaktualisasikan sesuai dengan fungsi dan tugas antara lain pada ranah berikut:

1.  Pelaksana Kebijakan Publik

Sebagai ASN kita harus memiliki nilai nilai kepublikan yang berorientasi kepada kepentingan publik, menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya serta kepentingan nasional di atas kepentingan sektoral atau golongan

2.  Pelayanan Publik

Sebagai ASN kita harus memiliki integritas tinggi, bersikap adil, tidak diskriminatif, profesional dalam melayani masyarakat yang disesuiakan dengan kode etik ASN. Selain itu ASN juga menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan, akuntabel dan memiliki kinerja yang memuaskan publik

3.  Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa

Sebagai pemersatu bangsa ASN akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan Pemerintah (UU No. 5 Tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2).  Mamiliki rasa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kedaulatan negara dan pemersatu bangsa serta mengupayakan situasi damai di seluruh Indonesia dan terus menjaga keutuhan NKRI.

Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang menerapkan Pancasila sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah sila dari Pancasila yakni :

·         Sila ketuhanan yang maha esa memiliki nilai religious, toleran, transparan, etos kerja, tanggung jawab, amanah, dan percaya diri.

·         Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki nilai humanis, tenggang rasa, persamaan derajat, saling menghormati, tidak diskriminatif.

·         Sila persatuan Indonesia memiliki nilai cinta tanah air, rela berkorban, menjaga ketertiban, mengutamakan kepentingan publik, dan gotong royong.

·         Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan memiliki nilai musyawarah mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat, dan bijaksana.

·         Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki nilai bersikap adil, tidak serakah, tolong menolong, kerja keras, dan sederhana.

 

Profil Tokoh

Butet Manurung yang bernama lengkap Saur Marlina Manurung adalah sosok di balik Sokola Rimba. Sekolah yang mengajarkan baca-tulis bagi anak-anak suku Anak Dalam di kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas atau TNBD, Jambi, Sumatra Selatan. Butet Manurung lulus sebagai sarjana dan master di bidang Antropologi, Butet bekerja di Warung Informasi Konservasi atau WARSI, sebuah LSM yang berkonsentrasi terhadap isu konservasi hutan di Sumatra, pada tahun 1999.

Menyelesaikan pendidikan master di jurusan Antropologi Terapan, Butet Manurung melanjutkan studinya di Australian National University bidang Pembangunan Partisipatif pada tahun 2012. Ia juga mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School, Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Sokola Rimba Memiliki Misi untuk Mengajarkan Pendidikan Bagi Anak Suku Dalam. Butet memiliki kontribusi yang banyak bagi dunia pendidikan, khususnya bagi anak-anak Suku Dalam. Misi yang diberikan kepada Butet Manurung saat itu adalah mengajarkan baca-tulis bagi anak-anak suku Anak Dalam di kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas atau TNBD, Jambi, Sumatra Selatan. Inilah yang menjadi awal mula Butet Manurung dan empat temannya mendirikan Sokola.

Perjuangan Butet Manurung untuk mendirikan Sokola ini bukanlah sebuah perkara mudah. Bertahun-tahun masuk-keluar hutan dan ditolak mentah-mentah oleh Orang Dalam, karena ketakukan pendidikan akan mengubah adat istiadat mereka. Namun, hal ini bukan menjadi halangan baginya untuk tetap berbagi tentang pentingnya pendidikan.

Jalan panjang Butet pun menuai hasil. Berkat kegigihannya Butet Manurung berhasil menerima berbagai penghargaan internasional. Seperti Man and Biosphere (UNESCO/2011), Hero of Asia (TIME Magazine/2004), Ashoka Fellow (2006), Asia Young Leader (2007), Young Global Leader (2009), Ernst and Young Indonesian Social Entrepreneur of the Year (2012), dan Asia Nobel Prize (Ramon Magsaysay Award/2014).

 

B.    Penerapan

Penerapan Nasionalisme dapat dilakukan dalam proses pemblajaran maupun aktivitas  di luar pembelajaran di dalam kelas. Adapun cara untuk mengimplementasikan nilai nasionalisme yang dilaksanakan di sekolah adalah sebagai berikut:

Pembelajaran diawali dengan berdoa sebagai penenaman nilai-nilai religius. Siswa dan guru diharuskan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing dengan baik. Sebagai penerapan sila pertama. Selain itu, guru juga menerapkan transparansi penilaian dengan menyepakati kontrak belajar di awal semester sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Melakukan penerapan pentingnya nilai-nilai karakter dan moral selama pembelajaran di Sekolah. Siswa diberikan arahan bagaimana membangun percaya diri, etos kerja, amanah, memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin dalam pembelajaran. Siswa juga diajarkan untuk berlaku sopan santun sehingga tidak hanya pintar secara keilmuan namun juga berakhlak mulia. Guru tidak boleh memperlakukan dan melayani siswa secara diskriminatif dan tidak adil karena perbedaan suku, golongan, ras dan agama. Hal tersebut juga berlaku pada sesama siswa.

Penguatan rasa bangga dan cinta kepada tanah air, dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penanaman nilai Pancasila lainnya adalah dengan memberikan pemahaman bahwa dalam mata pelajaran, tidak mengedepankan kompetisi melainkan rasa solidaritas dan persatuan. Contohnya sebagai wujud pengamalan nilai sila ke-3 ketika ada siswa yang belum memahami materi pelajaran maka siswa  lain harus membantu.

Melakukan proses penilaian terhadap sikap selain penilaian terhadap pengetahuan dan keterampilan. Sebagai contoh, Jika siswa katahuan mencontek atau melakukan pelanggaran lainnya, maka siswa tersebut harus diberi sanksi sesuai dengan ketentuan dan peratuaran yang berlaku agar tidak mengulangi perbuatannya serta sebagai bentuk sikap adil guru terhadap siswa lain yang menjaga integritas dan kejujuran.

Sebagai pelaksana kebijakan publik, siap melaksanakan hasil keputusan rapat atau kebijakan sekolah; sebagai pelayan publik, siap melayani siswa dan orang tua melalui konsultasi tanpa membeda-bedakan SARA, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa senantiasa bersikap netral dan adil; mengayomi kepentingan kelompok minoritas dengan tidak membuat kebijakan diskriminatif; dan menjadi figur teladan bagi siswa dan masyarakat


 Sumber

Fimela. Com. Butet Manurung: Perempuan Hebat yang Rela Meninggalkan Ibu Kota Demi Sokola Rimba.

www.cnbcindonesia.com Kisah Butet Manurung Si Indiana Jones Pendidikan Anak Rimba


Komentar

Postingan Populer