Global Peace Volunteer Camp 1.31 Last

Part 3

Kerena perjalanan merupakan rahasia Tuhan yang semestinya kita nikmati tanpa harus banyak bertanya. ANF

Kepulangan

Sekitar pukul 3.30 sore, kembali dengan diatar mobil yang sama kami meninggalkan Kampoeng Awan. Kali ini dengan komposisi berbeda aku, Indra, kak Wiwi dan Oda dari Makassar, Sahiba,Irfan dan Bang Pajri dari Kalimantan (geng Pempijit minus Hasfi) kami turun di Botani Square dan langsung meleper di teras sebuah coffe shop persis orang terlantar. Indra langsung pergi ke Bandung karena takut bolos kuliah (maklum masih semester 2 masih suci hehehe) karena itu tinggallah kami ber-6. Rombongan laki-laki berencana nginap di Masjid dimana teman mereka menjadi ta’mir masjidnya. Sedangkan kami yang perempuan ingin cari penginapan saja. Alangkah baiknya teman eh sodara-sodara baru kami ini, Bang Pajri langsung pergi dengan Ust. Sarwani (if I’m not mistaken) untuk cari penginapan murah buat kami hehehe. Sedangkan kami cari makan disekitaran Botani, akhirnya penginapanya dapat walau agak mahal, gak papalah asal bisa tidur pikirku.

Ternyata Allah telah menyiakan rencana amat baik. Kami ditawari menginap di rumah pengurus Masjid tempat Ust. Sarwani menjadi ta’mir. Alhamdulillah, kami segera meluncur ke Masjid Al-Kautsar didaerah Danau Raya Bogor atau Bogor Raya Danau aaahh apalah namanya. Kami ucapkan terimakasih kepada Tuan Rumah, setelah Sholat Isya kami diantar kerumah Si Bapak. Istrinya, bu Rostiana sangat baik dan ramah, kami disuguhi banyak makanan dan minuman dari toko kelontong mereka,duuh jadi gak enak hihihi. Ibu juga cerita macam-macam sampai riwayat hidupnya di juga ceritakan. Beliau bertanya apakah kami keluarga Ust. Sarwani, kami jawablah dengan panjang lebar pula. Sebenarnya ya keluarga, sesuai tagline GPF We Are Family Under God hehehe.

Besoknya pukul 8 kami pamit kepada ibu dan bapak, kami ucapkan terimakasih dan maaf karena sudah sangat merepotkan sampai dibuatin sarapan segala, semoga Allah membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekeluarga dengan kebaikan dan keberkahan. Aamiin. Kami harus naik lagi keatas menuju Masjid karena janji mau pergi beli oleh-oleh bersama. Aduh aku lelah memanggul koper ini. Semoga ini jadi penggugur dosa. Sekitar jam 9 kami pamit dengan Ust. Sarwani dan mengucapkan terimakasih banyak atas bantuannya. Kami ber-6 langsung jalan2 beli oleh2 (meski lebih banyak jalannya dari pada belinya J J).

Di Kebon Raya kami berpisah dengan kak Wiwi karena dia mau lanjut jalan-jalan ke Bandung. Jikalau aku tidak harus pulang ke Tembilahan, mungkin aku ikut jalan-jalan kesana hiks hiks… kami lanjut ke Botani buat ke Gramed, ini harus karena nanti aku akan menunggu sekitar 4 jam sebelum pesawat boarding. Tak mungkin selama itu aku cuma bengong sambil menghitung berapa jumlah manusia yang berseiweran. Oh BIG NO.

Jam 11.30 kami kembali ke Masjid untuk ambil barang lalu kembali lagi ke Botani untuk naik Damri ke Soeta. Kali ini aku cuma berdua dengan Oda karena Geng Pamijit Minus Satu pulangnya nanti. Kami berpisah di Terminal Bandara. Oda di 1A aku di 1B. Penantian panjang dimulai. Aku mulai sibuk dengan bukuku sampai pembicaraan bapak-bapak disebelahku mengusik pendengaranku, asssek mengusik. Iya, bapaknya bicara dengan bahasa Indonesia yang logat banjarnya sangat ketara. Dan benar tebakanku dia orang Tembilahan, langsung kutanya ingin kemana dan tinggal dimana dan ternyata alamatnya tak begitu jauh dari rumahku. Hehe asyik jadi ada teman ngobrol. Banyak juga aku ketemu orang banjar dalam perjalanan kali ini. Geng Pampijit semuanya banjar, dua bapak ini juga banjar. YEYEYE hidup Banjar (Meski selama camp aku di ejek sebagai KAK ROS karena logat melayuku yang kentara but it’s okay I just want to promote Riau as the Homeland Of Malay. That’s it).

Akhirnya setelah menghabiskan The Cat In My Eyes (totally recomended book) pesawatnya berangkat juga. Alhamdulillah tepat waktu. Sampainya juga tepat waktu. Seribu satu hal yang ada dalam pikiran tiap kali menoleh keluar jendela. Yaah, bagaimana manusia bisa begitu cerdas membuat pesawat untuk mempermudah orang lain, mereka pastilah orang-orang yang memiliki true love sehingga mampu live for others. Mengurangi jam istirahat mereka, mengurangi waktu mereka berkumpul dengan keluarga yaah, demi menciptakan alat transportasi yang dapat memangkas waktu perjalanan kita agar waktu istirahat dan berkumpul bersama keluarga kita menjadi lebih lama.

Yah, perjalanan memang selalu mengingatkan bahwa diri ini sangat kecil, bak butiran atom disisi yang Allah Maha Besar, perjalanan juga merupakan rahasia yang harusnya kita jalani dan nikamati tanpa harus banyak bertanya. Hello my God thanks for giving me such a nice experience and I hope I can change my life to be a better person who full of True Love. 

and this are some of our moments 




Serius beeeuud



Ini bukan siswa baru Hogwars yaa



Drizzle dan keluarga Pak Heri



Drizzle in Actiooon

Squad Sumatera

Para fasilitator : Bang Munir, Kak Vidia dan Bang Faris




 SEE YOU WHEN I SEE YOU...

Komentar

Postingan Populer