Cerita Darmasiswa Chevron Riau
Malam minggu gini gak ada
kegiatan . mau bahas soal UN juga malas. Yah mendingan aku cerita tentang tes
Darmasiswa Chevron Riau aja kali yah?. Oke langsung saja.
Awalnya kau gak seberapa ngeh sama
yang namanya DCR. But, setelah baca koran sekitar satu tahun yang lalu, aku
baru tau kalo PT Chevron Pasifik tiap tahunnya akan kasih beasiswa sama siswa
SMA/ MA dan sederajat untuk kuliah. Dan yang berhak ikut seleksinya itu setau
aku juara umum 1,2 dan 3 dari masing-masing sekolah. Waktu baca-baca koran itu, aku
liat ada nama kakak kelasku waktu di MTSN Tembilahan. Wahh, semangat pun
muncul. Dalam hati, aku pasang niat bulat-bulat kalo tahun depan aku juga akan
ikut seleksinya. Makanya, aku usaha keras ( sebenarnya gak juga J) supaya masuk juara umum.
Nah, setelah di kelas 3, aku udah
lupa sama DCR ini, mungkin karena sibuk atau apa, soalnya kelas 3 kan udah
harus siap-siap buat UN. Dan cerita tentang DCR pun berlalu begitu saja,
guru-guru di sekolahku juga gak ada yang bahas. Kurang informasi kali ya? Who
Knows.
Bulan Desember kami libur
semester 5, iseng-iseng cek di internet tentang DCR. Yah, informasinya lumayan
minim. Coba cek tentang soal-soal yang bakalan diujikan ditingkan Kabupaten
juga gak katemu. Yaudah, close tab nya lanjut maen facebook dan twitter J.
Sorenya aku pergi kerumah nenek sama mamak. Udah lama juga tak kesana. Tiba-tiba acik Amal ku datang, trus
bilang “Ka, tak mau ikut tes DCR tak?”. “Haah, emang ada?, tapi guru ku
bilangnya tak ada?” nanya balik ceritanya. “Masa iya?, nanti deh acik bawakan
korannya, sama sekalian downloadkan form pendaftarannya” “oke sip, makasih ya”.
Dan berlanjutlah cerita dalam forum diskusi keluarga, hahaha.
Besoknya, di sekolah aku langsung
bilang sama Pak Hasbi, wali kelasku tentang DCR ni. Pak Hasbi antusias betul
keliatannya. Dan dugaan saya benar, sekolah tidak tau informasi tentang ini.
Walaah, gawat nih!.
Baru setelah beberapa hari, aku
sama Izma dan Alvi dipanggil Pak Mufti (waka kesiswaan). Dia kasih tau tentang
teknis tesnya yang ditingkat kabupaten. Pak Mufti bilang, kalo udah lolos
seleksi tingkat kabupaten, udah dijamin bakalan dapat beasiswa sebesar
Rp.8.500.000 per tahunnya. Wow, siapa yang tidak tertarik coba?.
Setelah itu, aku coba cek lagi
soal-soal di internet, tapi tetap tak ketemu. Akhirnya aku coba sms Kak Nasri,
kakak kelasku yang ikut DCR tahun kemaren tapi gagal, katanya telat dapat infonya...
Ckckck kasian, saya cuma bisa prihatin (ooups, kata siapa itu ? J ). Udah dapat dikit gambaran tentang tesnya.
Soalnya matematika dasar, bahasa inggris dan pengetahuan umum. Tapi ya memang
dasarnya anak malas, bukannya belajar, aku malahan dengan santainya nonton drama korea. Maklum, kan capek, dari pagi sampe sore di sekolah belajar terus.
#####
Satu hari sebelum tes aku
sempatkan buat liat-liat buku kumpulan soal matematika, dan hasilnya aku
ketiduran. Soalnya hari itu sekolah libur, Maulid nabi Muhammad SAW. Sorenya
aku buka Facebook dan ada inbok dari teman aku di Mandah, dia nanya aku ikut
tes DCR apa tidak. Aku bilang ikut, tapi dia bilang nama aku dan kawan-kawan
dari MAN Tembilahan tidak ada dalam daftar calon peserta dari Kabupaten
Indagiri Hilir. Oh my God, apa lagi ini?. Kami kan sudah daftar, malahan
termasung yang tercepat. Daftar online juga sudah, masa’ tak terdaftar?. Aduh..
akhirnya cuma bisa tawakal, berdoa dikeheningan malam memohon yang terbaik buat
aku dan teman-teman besok.
Sabtu, 1 Februari 2014.
Dari pagi aku udah siap. Jam 7
teng, langsung tancap gas ke rumah Izma, sepupu aku Sandri juga ikut tes ini.
Jadinya kami pergi sama-sama ke SMA 1 Tembilahan Kota. Tesnya disana. Udah
sampai disana aku ketemu sama kawan-kawan Mts, ada Teja sama Febby. Kalo kawan
dari Mandah ada Ilham, Yudha, Ponco, Ardi sama aku lupa namanya siapa. Ada juga
anak dari Kateman, kemarin dia juga ikut English Debate. Yah kami
ngobrol-ngobrol dulu, menghilangkan ketegangan.
Kira- kira jam 8 kami disuruh
masuk ke aula untuk mendengarkan pengarahan. Dan anehnya, kayaknya cuman kami
(dari Man Tembilahan) yang datang tanpa pembimbing. Aku nyantai aja, anggap aja
anak mandiri. Tapi, hal yang nyeleketin mulai timbul. Nama kami tak ada di absen
calon peserta. Aku langsung ingat pesan Ilham kemaren. Waah benar-benar tak
ada. Aku usaha control diri supaya tak terlalu down, anggap aja uji mental
sebelum tes yang sesunggunya. Maklum tesnya ini agak susah, soalnya
persingannya itu lho. Orang yang ada diruangan ini tu kan anak unggul disekolahnya
masing-masing.
Saat mau registrasi ulang, panitianya bingung, kenapa nama kami bertiga tak ada. Akhirnya, ibu yang dari Dinas Pendidikan itu telpon pak Kepsek, aduhh, pak Kepsek datangnya lama kali. sampe semua peserta udah selesai registrasi baru deh beliau datang sama Pak Mufti. s\Sebenarnya, kami udah ada bukti kalo termasuk peserta soalnya ada nomor pendaftaranya yang di internet. tapi, panitianya tak percaya, harus ada perwakilan dari sekolah katanya, siigh :/
Yaudah akhirnya bisa tes. Soal-soalnya sih tidak terlalu sulit yah, abis tes aku pulang lagi ke sekolah dan belajar kayak biasa. tinggal tunggu hasilnya deh, doakan semoga aku lulus ya teman teman. Aamiin
Komentar
Posting Komentar