Tak mengapa rehat jika lelah, asalkan tidak menyerah.
Aku sulit tidur akhir akhir ini,
selalu ada rasa kosong dan aneh jika tak mengerjakan sesuatu. Meski tugas hari
ini sudah selesai, tapi tetap saja terasa ada yang kurang. Aku mulai merasa
tidak nyaman, merasa bersalah jika beristirahat padahal memang tidak ada yang
mendesak untuk dikerjakan, setidaknya untuk saat itu. Seperti malam ini, saat
ibuku sudah berulangkali menyuruhku menutup laptop dan pergi tidur, aku juga
tetap tak bisa terlelap. Kuputuskan kembali membuka laptop, menuliskan
keresahanku ini dalam gelap.
Aku merasa ini adalah puncak dari
rasa lelah yang menumpuk. Terlalu banyak hal yang membuat fokusku terpecah. Aku
terlalu bersemangat ingin mencapai semuanya dalam waktu yang bersamaan. Tanpa
aku sadar bahwa aku hanya sedang menyiksa diriku sendiri. Aku seperti tak ingin
mendengar nasihat orang sekitar bahwa segalanya tak mesti dicapai selagi muda. Keegoisan
dan harga diriku tetap berbisik bahwa aku bisa, selagi berusaha. Entahlah...
sungguh keras kepala.
Aku sadar aku menjadi kurang peka
pada lingkungan sekitar, jarang sekali ku menyapa teman, atau sekadar membalas
story yang mereka kirimkan. Aku terlalu lelah untuk itu, lelah karena hari-hari
hanya diisi pertemuan dengan laptop dan handphone. Ini memang penyakit bawaan sedari
lama, terlalu cuek katanya. Pernah dulu kami membuat permainan menuliskan kesan
dan pesan di gambar telapak tangan. Tahukah kalian bahwa sebagian besar isinya
menyarankan aku untuk lebih mendengarkan perkataan orang lain meskipun itu
terdengar tidak penting, jangan terlalu cuek dan hal-hal sejenis. Saat ini aku
sudah berusaha, namun sepertinya tidak banyak membawa hasil yang berbeda.
Baiklah, saat ini sepertinya hanya
bisa berdoa, semoga diberikan kekuatan untuk selalu melakukan dengan versi
terbaik yang aku bisa. Karena yang kulakukan bukan untuk orang lain melainkan
untuk diriku sendiri. Semoga dapat meyakinkan diri sendiri bahwa tak mengapa rehat jika lelah,
asalkan tidak menyerah.
23 September 2021, dini hari
Komentar
Posting Komentar