Tinggal
Kali ini aku ingin berkisah sedikit tentang nenekku, Ibu dari bapakku. Nenek orang yang ceriwis dan lucu. Hampir 24 tahun hidupku nenek tak pernah marah dan tak pernah sekalipun kulihat ia menangis, bahkan saat kaek (kakek) wafat pun nenek tidak menangis, menangis dalam hati saja katanya. Nenek memang sangat lucu, banyak ceritanya yang selalu membuatku tergelak tiap malam. Meski kadang ada cerita yang berulang dan jadinya terdengar cringe hehehe . Tapi darinya banyak kudapat nasihat kehidupan yang kupegang erat hingga kini. Nenek tak pernah minta aku melakukan pekerjaan rumah, dia hanya minta aku belajar saja. Ia tipe orang yang selalu berterima kasih dengan pertolongan kecil yang kita berikan.
Nenek teman makan jajanan yang selalu kubawa tiap pulang sekolah, teman nonton sinetron dan bedah rumah (Ini program favorite nenek dari dulu sampai sekarang). Nenek tidur selalu larut malam, banyak zikir dan wirid yang ia lantunkan. Nenek memang orang yang sangat religius, sholat sunnahnya banyak, amalannya juga. Nenek bilang semoga menjadi teman penerang ketika meninggal dunia. Kalo sudah bicara tentang kematian, aku akan alihkan pembicaraan, aku takut nenek berpulang. Pernah suatu malam aku bermimpi nenek meninggal, jadi dalam tidur aku nangis sesegukan, nenek yang belum tidur jadi heran, nenek cuma senyum saat aku ceritakan, katanya semoga nenek umurnya panjang.
Bulan Ramadhan dua tahun lalu, nenek jatuh di kamarnya, tangannya cedera tak bisa digerakkan nenek yang bertubuh besar kesulitan bahkan untuk sekedar duduk dari pembaringan. Untuk ke kamar mandi harus dipapah, berwudu pun diwudukan. Saat itu datang pula virus harpes zoster, betambah- tambahlah ujian sakit nenek, tapi tak sedikitpun nenek mengeluh. Saat aku bergugu menangis minta izin pulang ke Pekanbaru untuk seminar hasil nenek lagi lagi tersenyum dan bilang tidak apa-apa. Alhamdulillah setelah itu keadaannya membaik dan nenek bisa pergi ke Kalimantan yang merupakan keinginannya sejak lama.
Tapi itu semua memang cuma tinggal cerita, saat aku menulis ini tepat 15 hari nenek berpulang ke pangkuan Ilahi. Senin dini hari nenek menghembuskan napas dengan tenang di kediaman kami. Aku sedih sekaligus senang, sedih dengan fakta bahwa nenek telah tiada. Senang karena aku dapat menemani sampai saat terakhirnya bahkan ikut memandikan tubuhnya. Jalan memang sudah diatur padahal aku baru pulang dari Pekanbaru karena wabah corona dan nenek mulai sakit bukan di Tembilahan. Malam ini aku teringat akan mimpiku yang dulu. Rasa sakit dan sesaknya masih terasa sama. Bahkan lebih terasa karena ini nyata. Semoga nenek ditempatkan di tempat terbaik seperti yang selalu didambakannya. Aamiin ya Rabb...
Komentar
Posting Komentar